Beberapa belakangan bulan ini aku menyandang status baru. Semenjak aku diyudisium pada bulan Agustus 2014 lalu, aku diberi tambahan dua huruf di ujung nama, yang untuk mendapatkan dua huruf tersebut perlu waktu 4 tahun dan menghabiskan berkarung-karung beras. Sejak diberikan gelar ST, maka resmilah aku menyandang status baru, yaitu fresh graduate! Super sekali. Sungguh luar biasa status itu. Lihatlah status itu ditulis dalam bahasa inggris pula! Tapi tolong hindari mentranslatekannya ke dalam bahasa indonesia. Artinya agak sedikit mengharukan atau tepatnya menyedihkan. Pengangguran baru T_T. Iya itu maksudnya
Sewaktu UN MTs atau SMP aku mengalami kesulitan. Sepanjang tahun demi tahun kujalani dengan pura-pura tanpa beban dan gak belajar. Alhasil saat UN aku takut tidak bisa lulus secara normal. Waktu itu aku berdoa kepada Allah agar aku bisa lulus. Dan bertekad dalam hati apabila lulus dan melanjutkan ke MA atau SMA akan menjadi anak baik, rajin belajar dan mengurangi jam tidur siang. Aku yakin ini adalah ujian berat terakhir dalam hidup, saat ujian ini sdh terlewat, maka aku akan belajar bnr2 dan hidupku gk sesulit ini lagi.
Singkat cerita akhirnya aku dinyatakan lulus. Pada saat di MA tau apa yang terjadi? Ya, ternyata aku masih orang yang sama seperti MTs dlu.
Aku mengulangi kesalahan yang sama, gak belajar, jarang masuk sekolah pelajaran umum, banyak tidur siang dan sedikit tidur malam. Pada saat UN aku mengalami kesulitan lagi. Aku mengira ini adalah kesulitan terberatku, lebih berat daripada sewaktu MTs dulu. Dan lagi-lagi aku berdoa semoga diluluskan dengan normal pastinya tanpa harus ikut ujian paket C. Alhamdulillah kali ini aku masih bisa lolos.
Saat kuliah, aku seperti mahasiswa pada umumnya. Ya benar mahasiswa pada umumnya yang lebih banyak santai daripada anak sekolah, mengerjakan tugas benar-benar sesuai deadline, jadi gak akan dikerjain hingga mendekati deadlilne, kan sesuai :D. Pada saat tiba waktunya semester skripsi, maka aku kembali mengalami kesulitan. Dari mencari judul skripsi, dikonsultasikan, ditolak, disuruh nunggu gak jelas, mencari referensi, ditelponi pacar minta dijenguk, beli komponen buat rakit alat yang mau dirancang (karena aku anak teknik elektro telekomunikasi jadi skripsinya membuat alat), solder sana-solder sini, diujicoba, kesetrum, kebakar, komponen hangus, harus beli lagi, intinya uang lagi itu kan. Hahahah
Kesulitan bagiku seperti dejavu. Rasanya kesulitan terus berulang-ulang. Tanpa henti. Dan aku mengira ini adalah kesulitanku yang paling berat, seandainya aku bisa melewatinya maka hidupku akan teras gampang. Tapi semua kesulitan itu ternyata gak ada apa-apanya setelah aku merasakan menjadi seorang fresh graduate!
Rasanya adalah waw. Mencari pekerjaan itu gak gampang. Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan yang mau menerima kita dan kita mau menerima pekerjaan. Semua orang menginginkan pekerjaan impian mereka masing-masing, tapi gak semua orang mendapatkannya. Termasuk aku. Hingga saat ini masih belum jelas dimana pekerjaan yang menjadi jodohku nantinya.
Kesulitan hidup akan selalu ada, sampai kapanpun itu. Kita manusia gak akan pernah benar-benar melewati yang namanya kesulitan hidup, karena sehabis kita melewati kesulitan saat ini, akan ada kesulitan selanjutnya.
Seseorang sah-sah saja untuk terpuruk saat dia gagal melawan kesulitannya, tapi dengan satu syarat, yaitu dia tau bagaimana caranya bangun dari keterpurukan itu.
Menjalaninya memang gak semudah menuliskannya seperti ini. Tapi gak ada yang tau sebelum kita berani mencobanya. Apakah kesulitan bisa saja menjadi suatu penyebab seseorang hancur? Ataukah bisa juga menjadikan seseorang jauh lebih kuat dari sebelumnya? Jawabannya ada di tangan masing-masing.